Intervensi yang paling kritis selama menit awal dari VF atau VT adalah resusitasi jantung paru (RJP) sesegera mungkin dan melakukan kompresi dada dengan interupsi minimal dan defibrilasi sesegera mungkin dapat diberikan. Apabila VF/pulseless VT mengenai korban, penolong segera memberikan 1 shock dan lakukan RJP sesegera mungkin dimulai dengan kompresi dada. Namun apabila defibrilasi sudah tersedia (misalnya pada setting di RS), penolong harus memberikan 1 shock dengan dosis yang efektif untuk menghentikan VF (energi yang biasa digunakan adalah 120-200 J). Namun jika yang tersedia adalah defibrilasi monofasic maka gunakan dosis untuk shock awal adalah 360 J dan gunakan dosis rumatan setelahnya.
Sesegera mungkin setelah shock diberikan, lakukan RJP tanpa ditunda dan dilakukan terus menerus selama 5 siklus (atau 2 menit apabila alat bantuan nafas/advanced airways sudah dipasang), lalu cek ritme jantung kembali. Pada setting di RS, dapat dilakukan monitoring lebih lengkap (elektrokardiografi dan hemodinamik).
Strategi penanganan pada algoritma penatalaksanaan henti jantung akibat VF/pulseless VT ditujuan untuk meminimalkan interupsi dalam kompresi dada dan memungkin penolong untuk memberikan shock secara efektif apabila memungkinkan. Cek pulsasi arteri karotis dan ritme jantung tidak direkomendasikan sesegera mungkin setelah diberikan shock, namun cek pulsasi dan cek ritme ini dilakukan setelah pemerian shock yang diikuti oleh 5 siklus RJP (sekitar 2 menit setelah RJP).
Blue code (kode biru) berarti ada pasien yang harus segera ditangani bersama oleh seluruh tim. Alat defibrilasi akan segera disiapkan dan alat ini akan segera di setting dalam sinkronize atau asinkronize. Sinkronize digunakan untuk cardioversi misalnya supraventrikular takikardi yang unstable, sedangkan unsinkronize untuk defibrillator. Pada defibrillator atau unsyncronize begitu kejutan listrik 360 joule langsung pad angkat, tapi kalau cardioversi (sincronize) setelah shock, harus tetap letakkan pad itu di dada. Cardioversi bertujuan mengubah ritme yang tidak normal menjadi normal sedangkan defibrilasi bertujuan mengubah fibrilasi menjadi afibrilasi (membuat asistole à jantung dihentikan sejenakà SA node untuk berhenti berdetak à memberikan kesempatan agar otot-otot jantung dalam beberapa menit dapat berhenti kemudian berdetak secara normal (impuls normal mengembalikan kontraksi normal).
Apabila VF/VT masih ditemukan walaupun setelah pemberian 1-2 shock kemudian diikuti oleh RJP, segera berikan vasopressin (epinefrin setiap 3-5 menit selama henti jantung). Namun jika VF/ pulseless VT menetap setelah 2-3 kali shock diikuti dengan RJP dan pemberian vasopressor, maka berikan antiaritmia seperti amiodarone atau berikan lidokain sebagai pengganti. Atau berikan magnesium apabila pasien mengalami torsades de pointes dengan pemanjanganan interval QT. Penanganan lebih lengkap pada penanganan cardiac arrest yang disebabkan oleh VF/pulseless VT dapat dilihat dalam algoritma di bawah ini:
Gambar . Algoritma Penatalaksanaan VF/Pulseless VT
Related article. Henti jantung (cardiac arrest), mekanisme henti jantung (cardiac arrest)
No comments:
Post a Comment